Minggu, 15 Mei 2011

wujudkan mimpi jadi kenyataan::::

Semua orang pasti memiliki impian atau cita-cita, saya yakin akan hal itu. Namun masalahnya, tidak semua orang berhasil mewujudkan impian atau cita-citanya tersebut, atau lebih tepatnya tidak berani (karena tekad kurang) untuk mewujudkan impian-impian terindah dalam hidupnya tersebut. Untuk selanjutnya, agar lebih singkat saya menyebut impian atau cita-cita dengan kata “mimpi” sehingga anda paham bahwa kata “mimpi” di artikel ini bukan berarti mimpi ketika kita sedang tidur.

Setiap individu yang berbeda pasti memiliki mimpi yang berbeda pula. Jika setiap manusia yang ada di bumi ini memiliki mimpi yang berbeda-beda maka bisa dibayangkan ada milyaran mimpi yang beterbangan di langit bumi ini. Dan setiap manusia pasti juga memiliki mimpi-mimpi indah masing-masing yang ingin terwujud atau diwujudkan ketika masa hidup di dunia ini masih berlangsung. Dengan adanya mimpi yang hendak kita raih akan membuat hidup kita punya arah, tujuan dan tantangan sehingga hidup ini terasa dinamis dan indah. Bagi orang yang tidak punya mimpi karena semua yang ada di dunia ini sudah ada di sekitarnya atau karena memang tidak bisa merangkai mimpi pasti akan merasa jenuh. Walaupun apa-apa dia miliki, tapi tidak ada sesuatu yang membuat hidupnya bergerak, ada dinamika dan nuansa yang berbeda.

Sekarang, pertanyaan saya: sudahkah anda memiliki mimpi?

Kalau sudah, sudahkan mimpi itu anda raih?

Kalau belum, beranikah anda mewujudkan mimpi itu menjadi nyata?

Kapan saat yang tepat? Jawab saya adalah sekarang!

Untuk selanjutnya, kita akan membahas bahwa mewujudkan mimpi itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tidak juga sesulit menemukan formula yang tepat untuk membuat roket yang bisa mengantarkan manusia sampai ke bulan. Apa kunci rahasianya? Mengutip kata Paul Hanna, kuncinya adalah sikap dan keyakinan bahwa You Can Do It! (Anda Pasti Bisa!) atau bisa juga terangkum dalam kalimat berikut: You will see it when you believe it!.

Nothing is Free

Telah disebutkan di atas bahwa untuk mewujudkan mimpi itu tidaklah mudah, namun bukan berarti tidak mungkin. Yang harus kita ketahui adalah semua itu butuh pengorbanan, seperti kata seorang sahabat saya, “Nothing is free!” Selalu ada harga yang harus dibayar untuk mendapatkan sesuatu. Dan meskipun suatu saat kita mendapatkan sesuatu secara gratis maka pasti ada jasa atau kebaikan yang pernah kita lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, jangan berharap mimpi anda akan menjadi nyata sementara anda hanya diam saja atau seperti mengharap durian runtuh.

Terwujudnya sebuah mimpi tergantung seberapa besar anda memimpikan impian anda dan hingga sejauh mana anda bisa mengedukasi alam bawah sadar bahwa anda benar-benar menghendaki impiah itu menjadi sebuah kenyataan. Saya biasanya mengedukasi alam bawah sadar dengan cara menceritakan impian-impian saya kepada orang lain; bisa kepada teman dekat, guru atau sahabat pembaca. Dengan begitu diharapkan ada flash back ke dalam diri saya (lebih tepatnya ke bagian alam bawah sadar atau unconscious mind) bahwa saya serius ingin mewujudkan mimpi itu, meskipun semua itu kembali tergantung kehendak Yang Maha Kuasa.

Di samping itu, bisa dipastikan bahwa selalu ada pengorbanan untuk mewujudkan sebuah impian. Satu mimpi dengan mimpi yang lain harga pengorbanannya juga berbeda. Yang jelas, selalu ada yang harus kita korbankan untuk meraih mimpi-mimpi itu. Pengorbanan yang dimaksud bisa berupa waktu, biaya, tenaga, pikiran, perasaan, dan lain-lain.

Sebagai contoh kecil, saya akan mengemukakan pengalaman saya tentang pencapaian sesuatu yang mungkin sederhana di mata anda tapi berharga di mata saya. Saya tidak menceritakan pengalaman orang lain semata-mata karena saya tidak tahu detailnya.

Contoh pertama, ketika saya menyelesaikan penulisan buku “Born To Be A Champion”. Bukan berarti semua berjalan mudah dan tanpa tantangan. Pada babak finalnya adalah saat itu saya sedang dalam puncak kesibukan kerja, sementara penerbit sudah menunggu drafnya sehingga saya harus melakukan sesuatu di luar rutinitas harian. Bisa dibayangkan, bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam, dan setelah itu saya harus menulis lagi untuk menyelesaikan naskah yang harus cepat selesai dan segera dikirim. Hingga lewat tengah malam saya masih menulis dengan lelah yang menghimpit raga. Hasilnya adalah saya ambruk, jatuh sakit, dan dua hari harus istirahat total di rumah. Tapi hasil positifnya adalah buku selesai dan sekarang bisa dijumpai di toko buku Gramedia seluruh Indonesia. Isinya memang sangat sederhana, tapi perjuangan di balik itu adalah perjuangan yang membuat saya sampai jatuh sakit. Dan saya juga agak kurang enak hati ketika beberapa sahabat dari beberapa daerah yang berbeda mengungkapkan kepada saya keinginannya menjadi seorang penulis, tapi belum ada action nyata yang mereka lakukan hingga kini. Kenapa harus disampaikan ke saya? Apa tujuannya? Namun demikian, dari sini semoga anda bisa menangkap pesan yang saya sampaikan.

Contoh kedua, ketika saya mengagumi (atau lebih tepatnya mengidolakan) seseorang yang menjadi Number One di bidangnya di negeri ini. Saya sangat senang ketika mendapat kiriman buku istimewa dari beliau dengan cover special karena tercetak di cover buku tersebut tulisan “Special to Agus Riyanto” lengkap dengan tanda tangan sang idola. Saya melompat kegirangan dan itu bagai sebuah mimpi. Hal yang sangat sederhana memang, tapi sangat berharga bagi saya karena itu semua sangat memotivasi diri saya secara pribadi. Meskipun demikian, semua itu tidaklah saya dapatkan secara cuma-cuma. Ada pengorbanan yang harus saya lakukan. Apa itu? Saya harus menghabiskan banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk menulis artikel-artikel yang saya kirim untuk dimuat di website resmi beliau.

Dua contoh di atas hanyalah sebagai gambaran bahwa untuk mendapatkan sesuatu ternyata kita juga harus melakukan sesuatu. Jadi, kita tidak boleh asal bermimpi, tapi tidak mau melakukan sesuatu untuk mewujudkan mimpi itu.

Untuk mewujudkan mimpi yang berharga, beranikah anda keluar dari rutinitas harian anda yang mungkin nyaman dan tanpa tantangan? Beranikah anda keluar dari comfort zone (zona kenyamanan) anda untuk melakukan action-action nyata untuk mewujudkan mimpi anda?

Jadi, anda harus berani berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian atau bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.

Saya juga sangat setuju dengan apa yang diungkapkan Paul Hanna dalam bukunya, Just Do It!, “Orang yang sukses biasanya memahami rasa sakit. Mereka sadar hal itu membawa dampak positif dan merupakan alat untuk mencapai keberhasilan. Mereka membiarkan penderitaan memasuki hidup mereka, karena mereka sadar bahwa kalau mereka berhasil mengatasinya maka rasa percaya diri mereka akan tumbuh. Dari sini, kemampuan mereka untuk menghadapi masa depan tertantang.”

Dengan demikian, sebenarnya sebagian besar penentu mimpi anda menjadi nyata adalah diri anda sendiri. Sejauh mana anda berani bermimpi dan berani mewujudkan impian itu menjadi sebuah kenyataan, meskipun harus menghadapi berbagai hambatan, tantangan dan cobaan. Yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa setelah berusaha atau berikhtiar, kita harus menyerahkan hasil akhirnya kepada Allah SWT karena dialah Sang Penentu semua takdir hidup kita. Jadi, intinya kita harus berusaha semaksimal yang kita bisa dan menyerahkan hasilnya kepada Dia yang Maha Tahu yang terbaik untuk kita. Itulah yang disebut tawakkal.

***

Mimpi-mimpi yang Harus Dihindari

Walaupun di sini saya mengajak anda untuk bermimpi, bukan berarti dalam arti bermimpi sebebas-bebasnya tanpa aturan. Di semua bidang kehidupan pasti kita memiliki minimal sebuah impian. Sebagai contoh tentang profesi/pekerjaan, jenjang karier, tipe rumah, jenis kendaraan, pendamping hidup, daerah tempat tinggal, tempat wisata tujuan, tingkat spiritualitas, dan lain-lain.

Untuk itu, saya ingin menegaskan bahwa mimpi kita juga jangan mimpi yang kosong dan kurang bermanfaat. Misalnya, mimpi menjadi kekasih artis Hollywood atau mimpi memiliki sebuah pulau untuk diri pribadi. Mimpi kita harus realistis, terukur, terancana, ada target waktu pencapaian dan para ahli manajemen diri juga menekankan agar kita juga melibatkan emosi dengan intensitas tinggi untuk mimpi-mimpi kita.

Selain itu, kita juga tidak boleh bermimpi tapi kita tidak melakukan sesuatu untuk meraihnya karena itu bisa disebut mimpi di siang bolong; mimpi yang hanya angan-angan atau khayalan belaka.

Ada lagi mimpi yang harus dihindari, yakni memimpikan sesama manusia atau orang lain (biasanya lawan jenis) dan terlalu berharap bisa memiliki mimpi tersebut. Memimpikan obyek yang hidup dan punya pikiran seperti kita biasanya sering berakhir dengan kekecewaan karena si dia juga pasti memiliki impian-impian sendiri yang belum tentu sama dengan mimpi indah kita. Jadi, jangan bermimpi untuk hal yang satu ini. Apalagi memimpikan saya!

“Ih, Mas ini Ge eR… Siapa yang mau memimpikan Mas Agus… Paling-paling jika ada yang bermimpi bertemu Mas, dia akan kesambet atau kesurupan.”

“Saya? Apanya yang pantas diimpikan??? Apalagi harus Ge-eR segala, yang seringnya berbuah malapetaka. Kesurupan? Memangnya saya ini dedemit… Cape dech!”

Ha… ha… ha… hanya bercanda, jangan diambil hati.

Namun dalam hal ini, saya tidak bisa mengingkari bahwa saya juga punya mimpi ingin bermimpi bertemu seseorang dalam mimpi saya. Hmm, pasti bingung ya? Baiklah saya jelaskan. Sebagai seorang muslim, saya–bahkan sampai terbawa dalam doa–ingin mimpi bertemu idola nomor satu saya, manusia paling sempurna yang pernah ada. Siapa? Ya, saya ingin bermimpi bertemu Nabi Muhammad Saw atau bertemu beliau meski dalam mimpi. Sudah jelas kan?

Akankah menjadi nyata?

Mimpi yang Tidak Boleh Terlewatkan

“Mas, itu motor minjem siapa?”

“He..he..he.. tahu aja. Tadi Dany Pedrosa mampir ke rumah, jadi saya minjem sebentar buat muter-muter.”

“Wah, gimana rasanya ya Mas, ngebut di tikungan tajam dengan kecepatan 200 km/jam?”

“Yah, koq tanya saya sich… Tanya Mas Dany tuch…! Kalau menurut saya sich rasanya seperti terbang atau lebih tepatnya, kamu akan terbang!”

“Maksud loe???”

“Ya, kamu benar-benar akan terbang, bahkan akan sampai ke alam lain!”

“Hmm, maksud loe?!”

“Hmm, kamu koq telmi juga ya… Setahu saya, ketika mengamati balap moto GP 500cc, kecepatan para pembalap di tikungan antara 90 – 110 km/jam. Kamu inget nggak, Daijiro Kato, pembalap moto GP asal Jepang yang meninggal di sirkuit negaranya sendiri ketika terjatuh di tikungan dan tubuhnya membentur dinding arena. Tidak lama kemudian dia terbang ke alam lain alias wafat. Itulah resiko dari profesi yang digelutinya.”

“So?”

“Ya, kamu juga akan terbang, tidak saja dari motor, tapi langsung ke akhirat!”

“???”

Bicara tentang terbang ke akhirat, ternyata kita semua juga akan mengalaminya. Ini adalah sesuatu yang pasti datangnya. Hanya malasah waktu; bisa nanti, besok, lusa, satu tahun lagi, sepuluh tahun lagi, dan seterusnya. Yang jelas kita semua akan mengalami yang namanya “mati”.

Untuk itu sahabat yang budiman, selain kita merangkai mimpi tentang berbagai urusan dunia, ternyata kita juga tidak boleh melewatkan mimpi untuk kehidupan kita setelah kehidupan di dunia ini. Dan kehidupan tersebut adalah kehidupan yang bersifat abadi.

***

“Dan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”

[QS. Al A’Laa: 17]

***

Dengan demikian, kita juga harus lebih memprioritaskan dream dan goal kita untuk kehidupan akhirat seperti apa yang kita inginkan. Karena di sana juga ada dua kemungkinan: surga atau neraka, mendapat ni’mat atau disiksa. Apa pun agama anda, saya percaya memiliki konsep kepercayaan tentang kehidupan setelah mati.

Saya pribadi juga merasa harus memprioritaskan hal yang satu ini, bahkan menjadi impian saya yang teragung, yakni berjumpa dengan Rabb Semesta Alam, Allah Azza Wa Jalla dalam keadaan yang dirihai-Nya, dalam keadaan tersenyum dan bahagia.

Sekarang, selagi kita hidup dan mengisi sang waktu detik demi detik dengan berbagai perbuatan, sesungguhnya kitalah yang memilih masa depan kita—tidak saja di dunia ini, namun juga di akhirat kelak. Apakah kita akan mengisinya dengan amal yang bernilai pahala atau perbuatan yang bernilai dosa. Kita juga yang kelak akan merasakan buah atau akibatnya, apakah akhir perjalanan kita akan tersenyum atau menangis, akan bahagia atau menderita.

Sehingga, kesimpulannya: sekaranglah saatnya kita melakukan action-action yang bisa membuahkan mimpi menjadi nyata. Jika hidup adalah sebuah pilihan; kitalah yang memilih mimpi itu tetap menjadi mimpi, atau mimpi itu menjadi nyata. Dan memilih antara pahala dan dosa, memilih antara bahagia dan menderita, atau memilih antara senyuman dan tangisan.

Selamat merangkai mimpi dan mewujudkannya....

1 komentar: